Friday, August 16, 2013

Pesan dari sahabat..."kendalikan emosimu..."

"Emosi Anda adalah budak dari pikiran
Anda dan Anda adalah budak dari emosi
Anda" - Elizabeth Gilbert

Dear Bhismo,

Manusia hanya punya dua pilihan
ketika bicara emosi. Mengendalikan
emosi atau justru sebaliknya
dikendalikan olehnya.

Emosi dapat berdampak pada karir
Anda. Seperti yang dialami pegolf
legendaris Bobby Jones. Jones adalah
pegolf dengan kemampuan yang luar
biasa. Ia mulai bermain golf di usia
5 tahun di tahun 1907. Sebelum
berusia 12 tahun, ia telah berhasil
memperoleh angka di bawah par, sebuah
keberhasilan yang tidak dapat dicapai
oleh sebagian besar pemain golf
sepanjang umur hidupnya bermain golf.

Pada usia 14 tahun, ia mendapat
kualifikasi untuk mengikuti kejuaraan
golf amatir Amerika Serikat. Ternyata
Jones tidak berhasil menang dalam
acara itu, karena ia sering
kehilangan kendali emosinya dan tidak
mampu bermain baik. Sampai-sampai ia
dijuluki club thrower atau orang yang
suka melempar tongkat golf. 

Seorang pegolf lebih senior yang
dipanggil Grandpa Bart memberinya
nasihat. "Kau takkan pernah menang
kalau kau tidak dapat mengendalikan
emosimu." Jones menerima nasihat ini
dan mulai belajar mendisiplinkan
emosinya.

Pada usia 21 tahun, Jones mulai
berkembang dan selanjutnya menjadi
pemain golf terbesar dalam sejarah.
Ia pensiun dari golf pada usia 28
tahun setelah memenangi  Grand Slam
golf. Grandpa Bart mengomentarinya,
"Bobby berusia 14 tahun ketika ia
menguasai permainan golf, tetapi baru
pada usia 21 tahun ia mampu menguasai
diri sendiri."

Bhismo, jangan biarkan karir Anda yang
tengah menanjak rusak hanya gara-gara
emosi.

Selengkapnya »

Monday, August 12, 2013

Pesan dari sahabat..."Kekurangan bukan penghalang"

Pengembangan dimulai pada saat kita
mulai menerima kekurangan kita" - Jean
Vanier

Dear Suyitno,

Kekurangan bukanlah penghalang meraih
sukses. Jangan batasi pikiran dan
kemampuan Anda dengan kekurangan
diri. Bila kita melangkah dan
berusaha disertai iman kepada Allah,
percayalah bahwa tak ada yang tak
mungkin.

Banyak orang yang cacat, tetapi
mereka berhasil membuktikan bahwa
kekurangan bukanlah penghalangan
untuk sukses.

Salah satunya adalah Hee Ah Hee,
pianis Korea berbakat kelahiran tahun
1985. Ia terlahir hanya memiliki 4
jari, masing-masing 2 jari pada
tangan kiri dan 2 jari pada tangan
kanannya. Ia menderita lobster claw
syndrome, jari yang bengkok
menyerupai lobster.

Sewaktu Hee Ah Hee duduk di bangku
TK, ibunya memutuskan agar ia belajar
piano supaya jari-jarinya kuat dan
dapat memegang pinsil untuk menulis.
Awalnya ketika baru 3 bulan belajar,
ia dikeluarkan karena guru sekolahnya
tak sanggup mengajarnya. Tapi
perjuangan ibunya dan Hee Ah Hee
membuahkan hasil. Satu tahun
kemudian, ia sudah menunjukan
kebolehannya dengan memenangkan
kejuaraan piano di TK-nya.

Prestasi itu diikuti dengan
kemenangannya sebagai juara pertama
piano untuk anak-anak cacat di
usianya yang ke-7. Presiden Korea
sendiri yang memberi penghargaan
tersebut. Kini, Hee Ah Hee telah
menggelar ratusan konser di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.

Suyitno, tidak ada yang tidak mungkin
sepanjang kita ada kemauan dan
berusaha, penuh ketekunan dan pantang
menyerah dalam mencapai mimpi!

Selengkapnya »

Pesan dari sahabat..."Kekurangan bukan penghalang"

Pengembangan dimulai pada saat kita
mulai menerima kekurangan kita" - Jean
Vanier

Dear Suyitno,

Kekurangan bukanlah penghalang meraih
sukses. Jangan batasi pikiran dan
kemampuan Anda dengan kekurangan
diri. Bila kita melangkah dan
berusaha disertai iman kepada Allah,
percayalah bahwa tak ada yang tak
mungkin.

Banyak orang yang cacat, tetapi
mereka berhasil membuktikan bahwa
kekurangan bukanlah penghalangan
untuk sukses.

Salah satunya adalah Hee Ah Hee,
pianis Korea berbakat kelahiran tahun
1985. Ia terlahir hanya memiliki 4
jari, masing-masing 2 jari pada
tangan kiri dan 2 jari pada tangan
kanannya. Ia menderita lobster claw
syndrome, jari yang bengkok
menyerupai lobster.

Sewaktu Hee Ah Hee duduk di bangku
TK, ibunya memutuskan agar ia belajar
piano supaya jari-jarinya kuat dan
dapat memegang pinsil untuk menulis.
Awalnya ketika baru 3 bulan belajar,
ia dikeluarkan karena guru sekolahnya
tak sanggup mengajarnya. Tapi
perjuangan ibunya dan Hee Ah Hee
membuahkan hasil. Satu tahun
kemudian, ia sudah menunjukan
kebolehannya dengan memenangkan
kejuaraan piano di TK-nya.

Prestasi itu diikuti dengan
kemenangannya sebagai juara pertama
piano untuk anak-anak cacat di
usianya yang ke-7. Presiden Korea
sendiri yang memberi penghargaan
tersebut. Kini, Hee Ah Hee telah
menggelar ratusan konser di seluruh
dunia, termasuk Indonesia.

Suyitno, tidak ada yang tidak mungkin
sepanjang kita ada kemauan dan
berusaha, penuh ketekunan dan pantang
menyerah dalam mencapai mimpi!

Selengkapnya »

Home